PANGGILAN YEREMIA SEBAGAI SEBUAH PILIHAN BEBAS
(Yeremia 1 :
4-10)
1.
Pendahuluan
Pada
zaman perjanjian lama, ada banyak tokoh yang dipanggil TUHAN untuk menyampaikan
firman-Nya kepada bangsa Israel. Setiap tokoh memiliki kisah panggilan yang
berbeda-beda dengan latarbelakang kehidupan yang berbeda-beda pula. Misalnya
Musa. Ia mendapat panggilan melalui peristiwa semak yang terbakar saat ia
menggembalakan kambing domba Yitro. Atau Samuel yang mendapat panggilan saat ia
sedang asik tidur. Setiap tokoh menanggapi panggilan mereka secara bebas tanpa
ada tekanan atau paksaan dari pihak luar atau orang lain.
Di
antara banyak tokok dalam Perjanjian Lama salah satunya adalah nabi Yeremia.
Nabi yang hidup sebelum masa pembuangan ini juga memiliki kisah panggilan yang unik
dan ditanggapinya dengan kebebasan. Bagaimana kisah panggilan itu, secara
singkat saya akan mengulas dalam paper ini.
2.
Alasan
Pemilihan Tema
Tema
“Panggilan
Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas” menjadi pilihan saya karena tema
ini masih sangat relevan jika dikaitkan dengan panggilan hidup saat ini. Setiap
orang memiliki panggilan masing-masing, di panggil secara unik dan ditanggapi
secara bebas oleh masing-masing orang. Selain itu, saya juga ingin mengupas
betapa panggilan Yeremia adalah panggilan manusiawi yang dialaminya. Ia sebagai
seorang manusia biasa dipanggil untuk menunaikan tugas mulia menyampaikan
firman TUHAN kepada bangsa Israel.
Panggilan
Yeremia berkelanjutan dengan tugas perutusanya, akan tetapi dalam paper ini
hanya di batasi pada panggilan Yeremia saja yang terdapat dalam Yeremia 1 :
4-10. Alasanya adalah bahwa, saya secara khusus hanya ingin mendalami kisah
panggilan Yeremia. Pembatasan hingga pada ayat 10 terjadi karena pada dasarnya
kisah panggilan Yeremia berhenti pada ayat itu. Ayat-ayat selanjutnya sudah
mengisahkan tentang perutusan yang diterima Yeremia dari TUHAN untuk
menyampaikan firmanya kepada bangsa Israel. Dengan alasan itu, maka saya merasa
cukup bijak jika hanya membatasi hingga ayat 10 saja.
3.
Tafsir
Singkat Yeremia 1 : 4-10
Yeremia
1 : 4-10, melukiskan mengenai panggilan nabi.[1]
Rumusan yang biasanya digunakan adalah menghubungkan diri nabi dengan firman TUHAN
yang datang. Hal itu tidak berarti bahwa nabi berdoa atau merenungkan
pendapatnya tentang Allah, melainkan bahwa nabi didorong untuk menyampaikan
pesan Allah yang diyakininya.[2]
Maka panggilan itu pertama-tama adalah inisiatif dari TUHAN sendiri, baru
kemudian orang menanggapinya dengan kebebasanya.
3.1.
Yeremia
dan Masanya
Dalam
kitabnya, disebutkan bahwa nabi menyadari panggilan hidup baktinya sebagai
seorang nabi pada tahun ke-13 pemerintahan raja Yosia, sekitar tahun 627. Pada
waktu ia dipanggil, ia masih muda dan belum pandai berbicara – mungkin sekitar
20 tahun.[3]
Yeremia lahir di sebuah kampung yang bernama kampung Anatot, yang letaknya
kira-kira 5 km di sebelah utara Yerusalem. Ayahnya bernama Hilkia dan dia
berasal dari keluarga imam. Ada anggapan pula bahwa Yerenia adalah keturunan
Abiyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh salomo dari jabatanya di Yerusalem
dan yang pindah ke tanah miliknya di Anatot. [4]
Yeremia
hidup dan berkarya pada masa pemerintahan raja Yosia, Yoyakim dan Zedekia.
Paggilan Yeremia kemungkina terjadi pada masa itu yaitu tepatnya sekitar tahun
627.[5]
Keterangan dalam kitab menempatkan situasi hidup nabi dalam masa yang amat
rumit.[6]
Karena pada masa itu kerap terjadi pergantian penguasa dan adanya
pemberontakan-pemberontakan.
3.2.
Ayat
5
Dalam
ayat 5 ini, terdapat frase “ Aku telah
mengenal engkau”. Kata “mengenal” hampir
sama dengan “memilih” atau “mengasihi”.[7]
Dengan demikian kita dapat menarik sebuah pengertian bahwa yang dimaksudkan
dengan kata mengenal oleh TUHAN adalah bahwa TUHAN telah memilih dan mengasihi Yeremia
bahkan sejak ia ada dalam kandungan ibu. Kata mengenal, juga dapat dimengerti sebagai suatu bentuk pengalaman
kedekatan dan kesetiaan yang mendalam.[8]
TUHAN mengenal Yeremia dimengerti pula bahwa TUHAN memiliki kedekatan dengan
Yeremia sendiri. TUHAN telah dengan setia mengasihi Yeremia dan memilihnya
untuk dijadikan orang yang menjadi perpanjangan tangan-Nya.
Kata
“menguduskan” dalam ayat ini memiliki
makna bahwa Yeremia ditetapkan untuk memainkan peranan yang khusus dalam
rencana TUHAN. Maka menguduskan itu bukan diartian bahwa Yeremia disucikan
secara batin.[9]
Tugas khusus itu ialah bahwa Yeremia diutus untuk menjadi utusan TUHAN bagi
bangsa pilihanya,[10]
untuk menyampaikan segala firman TUHAN kepada mereka. Dengan hal itu kemudian
Yeremia ditetapkan menjadi nabi bagi bangsanya.[11]
Dengan demikian tugas itu menjadi semakin jelas, yaitu bahwa tugas seorang nabi
adalah menerima firman TUHAN dan memberitahukanya kepada orang-orang lain.[12]
Ayat
5 juga mencantumkan semacam uraian tugas, yang diawali dengan pernyataan bahwa
sejak awal TUHAN telah mengenal calon nabi, kemudian menguduskanya atau mengistimewakanya
untuk sebuah tugas dan Ia menetapkanya menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.[13]
Dalam uraian itu dapat kita ketahui bahwa inisiatif pertama-tama datang dari TUHAN
bukan dari Yeremia. Maka tugas itu tidak dapat dimengerti lain selain dalam
hubunganya dengan rencana TUHAN.
3.3.
Ayat
6-9
“Sesungguhnya aku ini tidak pandai
berbicara, sebab aku ini masih muda”, kata-kata itu
mengingatkan kita pada usaha Musa untuk melarikan diri dari kesulitan
menjalankan tugas seorang nabi (Kel 4 : 10-13).[14]
Musa memberikan berbagai alasan kepada TUHAN agar ia tidak jadi diberi tugas
untuk menuntun bangsa Israel. Di sini pun Yeremia berusaha untuk mencari alasan
agar ia tidak diberi perutusan untuk menjadi utusan TUHAN bagi bangsa terpilih.
Ia menyampaikan alasan bahwa ia tidak pandai berbicara karena masih terlalu
muda.
Kita
tidak tahu persis apa yang dimaksud dengan kata “muda” tersebut. Kita tidak
tahu secara persis umur berapa karena kata itu tidak menjelaskan secara rinci
apa yang dimaksudkan dengan muda itu. Namun, ada kemungkinan bahwa Yeremia
belum berumur 20 tahun saat ia mendapatkan panggilan itu.[15]
Di lain pihak, kata muda itu mengingatkan kita pada kisah pangilan Samuel dalam
1 Samuel 3.[16]
Samuel dipanggil TUHAN pada saat ia masih muda dan bahkan belum mengenal TUHAN;
“Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN
belum pernah dinyatakan kepadanya.” (1 Sam 3 : 7). Usia muda, juga dapat
kita hubungkan dengan pendidikan dan pengalaman.[17]
Dalam hal ini Yeremia merasa tidak terdidik dalam pewartaan dan kurang
berpengalaman sebagai seorang pewarta yang harus menguasai berbagai
kebijaksanaan.
Yeremia
mencoba berkelit dan ingin menghindar dari tugas itu karena ia sadar bahwa para
nabi menjalani hidupnya sendirian. Selain itu para nabi juga kerap kali
dicemooh, dianiaya dan dengan beberapa pengecualian dibuang selama hidup
mereka.[18]
Selain itu, juga karena ia merasa tidak mampu untuk menjalankan panggilan itu.
Mungkin ia memikirkan situasi seperti yang dihadapi Samuel yaitu situasi
politik yang sangat berat.[19]
Namun demikian, Yeremia kemudian tetap menerima tawaran TUHAN itu.
Dalam
ayat 7 dikatakan oleh TUHAN kepada Yeremia bahwa; “Janganlah katakan: aku ini masih muda …” yang dilanjutkan dengan
perintah yang diberikan TUHAN kepada Yeremia. Dalam menanggapi perintah itu,
jawaban TUHAN jelas bahwa bagi panggilan dan tugas perutusan, bukan
keterampilan yang menentukan melaikan kesanggupan.[20]
Meski di sisi lain akan timbul sebuah pertanyaan, bagaiman tugas itu dapat
terlaksanan jika tidak ada kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh nabi?
Jawabanya adalah bahwa panggilan kenabian merupakan suatu dorongan ilahi untuk
menyampaikan kehendak TUHAN, dorongan dan penyertaan TUHAN itulah yang kemudian
memampukan sang nabi. Persis bahwa perintah dalam ayat 7 ini dilanjutkan dengan
janji TUHAN kepada Yeremia pada ayat 8; “Jangan
takut, Aku menyertai engkau untuk melapaskan engkau.” TUHAN berjanji untuk
“bersama” mereka yang diutus guna melaksanakan tugas yang sulit.[21]
TUHAN berjanji untuk senantiasa mendampingi Yeremia dalam menjalankan tugasnya
sebagai seorang nabi. Janji itu yang kemudian menjadi kekuatan bagi Yeremia
untuk menerima tugas perutusan yang diberikan TUHAN kepadanya. Meski kata
“jangan takut” juga menyiratkan suatu persiapan atas segala kesulitan dan
penderitaan yang kemudian akan dialami oleh nabi dalam melaksanakan tugasnya.[22]
Kemudian
pada ayat 9 dikatakan bahwa TUHAN menaruh perkataam-perkataan TUHAN dalam mulut
Yeremia. Dengan hal itu TUHAN juga menyucikan bibir nabi untuk menyampaikan
setiap perkataan TUHAN.[23]
Tindakan TUHAN meletakan kata-kata pada mulut Yeremia adalah agar Yeremia mampu
untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya dan meninterpretasikan pesan-pesan itu. Juga
untuk membentuk hubungan personal atau kesatuan antara TUHAN dengan nabi
utusanya dan pembicara dengan pesanya.[24]
Hal ini pula yang akhirnya menjadi kekuatan bagi Yeremia untuk menanggapi
tawaran TUHAN.
3.4.
Ayat
10
Ayat
10 melukiskan perutusan itu secara jelas, yang dirumudsksn dalam bentuk rangkaian;
yang satu merusak yang lainya membangun; rumusanya adalah mencabut dan merobohkan,
membangun dan menanam.[25]
Dalam perjalananya tugas itu terus dikumandangkan oleh nabi dalam seluruh pewartaanya
(mis. Yer 12:14-17; 18:7-9; 24:6). Tugas
ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah wawasan dasar bagi nabi untuk
menunaikan tugasnya sebagai seorang nabi. Ayat ini yang kemudian menjadi sebuah
batasan akhir dalam kisah panggilan Yeremia. Pada ayat selanjutnya sudah
disampaikan secara lebih spesifik perutusan bagi nabi.
4.
Pangilan
Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas
4.1.
Pola
Pikir Dalam Panggilan Para Nabi
Melihat
ayat-ayat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dilihat bahwa gambaran
panggilan menampilkan pola pikir yang sama dalam setiap panggilan para nabi,
misalnya panggilan Musa dan Gibeon. Pola itu dapat dilihat secara jelas dalam
panggilan Gibeon (Hak 6:11-17), dengan unsur sebagai berikut;[26]
a. Pertemuan
ilahi ketika malaikat menampakan diri saat Gibeon menumbuk gandum
b. Sabda
malaikat yang menyatakan pesan ilahi
c. Penugasan
demi keselamatan Israel
d. Keberatan
orang yang dipanggil karena merasa tak berdaya
e. Malaikat
memberikan jaminan bahwa TUHAN akan menyertai
f. Tanda
ilahi yang mendukung penugasan diberikan.
Pola
semacam ini hampir terjadi dalam setiap panggilan para nabi atau pemimpin
bangsa. Dalam menerima panggilan mereka tidak serta-merta langsung menerima
panggilan itu, namun selalu ada suatu pembelaan diri untuk menghindar dari
panggilan atau tugas perutusan yang diberikan TUHAN. Namun pada akhirnya toh
para nabi juga menerima panggilan itu dengan jaminan penyertaan yang diberikan
oleh TUHAN. Apakah mereka bebas memilih?
4.2.
Unsur-Unsur
Pokok Dalam Panggilan Yeremia
Dapat
dikatakan bahwa panggilan Yeremia nampaknya memiliki suatu kaitan yang sungguh erat
dengan kisah panggilan Musa.[27]
Unsur-unsur istimewa dalam panggilan Yeremia yaitu bahwa TUHAN telah mengetahui
atau mengenal Yeremia sejak ia dalam kandungan ibunya, keberatan Yeremia bahwa
ia tidak pandai berbicara dan bahwa ia masih muda yang merupakan unsur dalam panggilan
Musa juga.[28]
Unsur itu yang menunjukan adanya kedekatan kisah antara kisah panggilan Yeremia
dengan kisah panggilan Musa.
Dalam
dari itu, dalam panggilan Yeremia inisiatif tidak datang dari Yeremia sendiri
melainkan dari TUHAN.[29]
Dikatakan dalam awal kisah panggilanya bahwa TUHAN talah mengenal dan memilih
dia untuk menjadi orang kepercayaan TUHAN. Dalam artian tertentu, sejak masa
kecilnya Yeremia telah dipersiapkan oleh TUHAN untuk menjadi nabi-Nya. Meskipun
telah dipersiapkan seperti itu, ketika ia mengetahui bahwa tugas yang akan ia
hadapi adalah berat, ia mengajukan protes dan keberatan. Alasan yang ia gunakan
adalah bahwa ia merasa masih terlalu muda.[30]
Alasan itu sebenarnya juga bertitik tolak dari tradisi di Israel kuno bahwa
orang yang dihormati adalah para tua-tua bukan seorang pemuda. Namun demikian TUHAN
tidak mengindahkan alasan-alasan Yeremia. TUHAN tidak membebaskan begitu saja
Yeremia dari tugasnya karena keberatan yang ia sampaikan, sebaliknya TUHAN
tidak memberikan pilihan lain selain untuk menaati perintah-Nya.[31]
Dengan konsekuensi bahwa Yeremia harus siap dengan segala kesulitan yang akan
ia hadapi dalam tugas perutusanya. Adakah kebebasan Yeremia dalam menanggapi
panggilanya?
4.3.
Panggilan
Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas
Panggilan
adalah sebuah undangan dari TUHAN bagi setiap orang untuk semakin mendakatkan
diri kepada-Nya dan agar makin secitra dengan-Nya. Dan panggilan itu pada
dasarnya tidak memaksa seseorang untuk menanggapinya secara baik seturut apa
yang menjadi pilihan TUHAN, tapi manusia bebas untuk memilihnya. TUHAN tidak
pernah memaksakan kehendak-Nya, Ia memberi kebebasan bagi manusia untuk memilih
apa yang menurutnya baik.
Demikian
pula halnya dengan kisah panggilan Yeremia. Yeremia tetap memiliki kebebasan
untuk menanggapi panggilan TUHAN. Meski TUHAN tidak memberikan pilihan lain
selain untuk tetap menerima tawaran, tapi tetap ada kebebasan bagi Yeremia.
Alasanya adalah bahwa TUHAN tidak memaksa Yeremia. Dengan hal itu berarti masih
ada kesempatan baginya untuk tidak menerima tawaran dari TUHAN. Yeremia dengan
kebebasanya sebenarnya masih memiliki keluasan untuk melarikan diri.
Pilihan
untuk tidak lari dari tawaran TUHAN itu dilakukan bukan karena ada paksaan
namun justru karena kebebasan yang dimiliki Yeremia. Karena kebebasanya, ia
memilih untuk menerima jaminan penyertaan TUHAN dalam tugas yang ditawarkan
TUHAN kepadanya; “Jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau…” (ay.
8). Jaminan itu yang kemudian menjadi pegangan bagi Yeremia untuk menerima
tawaran dari TUHAN itu. Dengan hal itu, ia menunjukan kebebasan. Ia bebas untuk
menerima tawaran TUHAN dan berdiam dalam naungan dan penyertaan TUHAN.
5.
Penutup
Setiap
orang memiliki panggilanya masing-masing dan tiap panggilan memiliki
keunikannya masing-masing. Cara TUHAN memanggil pun unik dalam setiap pribadi.
Itu pula yang terjadi dalam kisah panggilan para nabi, terutama pada nabi
Yeremia yang menjadi topik pembahasan dalam paper ini. Nabi Yeremia, dipanggil
sejak dalam kandungan ibu. Dengan kata lain, nabi telah dipersiapkan TUHAN
sejak masih dalam kandungan untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya. Tugasnya
adalah untuk menyampaikan firman TUHAN kepada umat pilihanya.
Nabi
sadar akan tugas berat yang ia terima dari TUHAN, maka ia sempat berkelit
menyampaikan suatu keberatan untuk menghindar dari tugas itu. Namun, pada
akhirnya nabi tetap menerima tugas itu. Penerimaan itu bukan karena adanya
intervensi dari pihak luar, namun pilihan itu ia ambil karena kebebasanya. Ia
yakin akan jaminan penyertaan yang dijanjikan TUHAN. Dengan keyakinan itu pula
ia menerima dan melaksanakan panggilan dan tugas perutusanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Alkitab (LAI)
Bergant,
Dianne & Karris, Robert J..,
2002 Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius: Yogyakarta.
Boadt, Lawrence.,
1982 Jeremiah
1-25, Michael Glazier: Wilmington.
Darmawijaya,
1990 Warta
Nabi Sebelum Pembuangan, Kanisiua: Yogyakarta.
Paterso n, Robert M.,
1983 Kitab Yeremia Fasal
1-24 (Jilid 1), BPK Gunung Mulia: Jakarta.
[1] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, Kanisiua:
Yogyakarta, 1990, 79.
[2] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103.
[3] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 79.
[4] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), BPK
Gunung Mulia: Jakarta, 1983, 20.
[5]
Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1),20.
[6]
Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 79.
[7] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[8] Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, Michael Glazier:
Wilmington, 1982, 8.
[9] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[10] Bdk. Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius: Yogyakarta, 202, 556.
[11] Bdk. Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[12] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[13] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103.
[14] Bdk. Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[15] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103.
[16] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 8.
[17] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[18] Bdk. Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[19] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[20] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[21] Bdk. Dianne
Bergant & Robert J. Karris, Tafsir
Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[23] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 9.
[24] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 10.
[25] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 105.
[26] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 106.
[27] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 107.
[28] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 12.
[29] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.
[30] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.
[31] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.