Sabtu, 05 Januari 2013

PAnggilan Yeremia



PANGGILAN YEREMIA SEBAGAI SEBUAH PILIHAN BEBAS
(Yeremia 1 : 4-10)


1.      Pendahuluan
Pada zaman perjanjian lama, ada banyak tokoh yang dipanggil TUHAN untuk menyampaikan firman-Nya kepada bangsa Israel. Setiap tokoh memiliki kisah panggilan yang berbeda-beda dengan latarbelakang kehidupan yang berbeda-beda pula. Misalnya Musa. Ia mendapat panggilan melalui peristiwa semak yang terbakar saat ia menggembalakan kambing domba Yitro. Atau Samuel yang mendapat panggilan saat ia sedang asik tidur. Setiap tokoh menanggapi panggilan mereka secara bebas tanpa ada tekanan atau paksaan dari pihak luar atau orang lain.
Di antara banyak tokok dalam Perjanjian Lama salah satunya adalah nabi Yeremia. Nabi yang hidup sebelum masa pembuangan ini juga memiliki kisah panggilan yang unik dan ditanggapinya dengan kebebasan. Bagaimana kisah panggilan itu, secara singkat saya akan mengulas dalam paper ini.

2.      Alasan Pemilihan Tema
Tema “Panggilan Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas” menjadi pilihan saya karena tema ini masih sangat relevan jika dikaitkan dengan panggilan hidup saat ini. Setiap orang memiliki panggilan masing-masing, di panggil secara unik dan ditanggapi secara bebas oleh masing-masing orang. Selain itu, saya juga ingin mengupas betapa panggilan Yeremia adalah panggilan manusiawi yang dialaminya. Ia sebagai seorang manusia biasa dipanggil untuk menunaikan tugas mulia menyampaikan firman TUHAN kepada bangsa Israel.
Panggilan Yeremia berkelanjutan dengan tugas perutusanya, akan tetapi dalam paper ini hanya di batasi pada panggilan Yeremia saja yang terdapat dalam Yeremia 1 : 4-10. Alasanya adalah bahwa, saya secara khusus hanya ingin mendalami kisah panggilan Yeremia. Pembatasan hingga pada ayat 10 terjadi karena pada dasarnya kisah panggilan Yeremia berhenti pada ayat itu. Ayat-ayat selanjutnya sudah mengisahkan tentang perutusan yang diterima Yeremia dari TUHAN untuk menyampaikan firmanya kepada bangsa Israel. Dengan alasan itu, maka saya merasa cukup bijak jika hanya membatasi hingga ayat 10 saja.

3.      Tafsir Singkat Yeremia 1 : 4-10
Yeremia 1 : 4-10, melukiskan mengenai panggilan nabi.[1] Rumusan yang biasanya digunakan adalah menghubungkan diri nabi dengan firman TUHAN yang datang. Hal itu tidak berarti bahwa nabi berdoa atau merenungkan pendapatnya tentang Allah, melainkan bahwa nabi didorong untuk menyampaikan pesan Allah yang diyakininya.[2] Maka panggilan itu pertama-tama adalah inisiatif dari TUHAN sendiri, baru kemudian orang menanggapinya dengan kebebasanya.
3.1.   Yeremia dan Masanya
Dalam kitabnya, disebutkan bahwa nabi menyadari panggilan hidup baktinya sebagai seorang nabi pada tahun ke-13 pemerintahan raja Yosia, sekitar tahun 627. Pada waktu ia dipanggil, ia masih muda dan belum pandai berbicara – mungkin sekitar 20 tahun.[3] Yeremia lahir di sebuah kampung yang bernama kampung Anatot, yang letaknya kira-kira 5 km di sebelah utara Yerusalem. Ayahnya bernama Hilkia dan dia berasal dari keluarga imam. Ada anggapan pula bahwa Yerenia adalah keturunan Abiyatar, imam raja Daud, yang dipecat oleh salomo dari jabatanya di Yerusalem dan yang pindah ke tanah miliknya di Anatot. [4]
Yeremia hidup dan berkarya pada masa pemerintahan raja Yosia, Yoyakim dan Zedekia. Paggilan Yeremia kemungkina terjadi pada masa itu yaitu tepatnya sekitar tahun 627.[5] Keterangan dalam kitab menempatkan situasi hidup nabi dalam masa yang amat rumit.[6] Karena pada masa itu kerap terjadi pergantian penguasa dan adanya pemberontakan-pemberontakan.

3.2.   Ayat 5
Dalam ayat 5 ini, terdapat frase “ Aku telah mengenal engkau”. Kata “mengenal” hampir sama dengan “memilih” atau “mengasihi”.[7] Dengan demikian kita dapat menarik sebuah pengertian bahwa yang dimaksudkan dengan kata mengenal oleh TUHAN adalah bahwa TUHAN telah memilih dan mengasihi Yeremia bahkan sejak ia ada dalam kandungan ibu. Kata mengenal, juga dapat dimengerti sebagai suatu bentuk pengalaman kedekatan dan kesetiaan yang mendalam.[8] TUHAN mengenal Yeremia dimengerti pula bahwa TUHAN memiliki kedekatan dengan Yeremia sendiri. TUHAN telah dengan setia mengasihi Yeremia dan memilihnya untuk dijadikan orang yang menjadi perpanjangan tangan-Nya.
Kata “menguduskan” dalam ayat ini memiliki makna bahwa Yeremia ditetapkan untuk memainkan peranan yang khusus dalam rencana TUHAN. Maka menguduskan itu bukan diartian bahwa Yeremia disucikan secara batin.[9] Tugas khusus itu ialah bahwa Yeremia diutus untuk menjadi utusan TUHAN bagi bangsa pilihanya,[10] untuk menyampaikan segala firman TUHAN kepada mereka. Dengan hal itu kemudian Yeremia ditetapkan menjadi nabi bagi bangsanya.[11] Dengan demikian tugas itu menjadi semakin jelas, yaitu bahwa tugas seorang nabi adalah menerima firman TUHAN dan memberitahukanya kepada orang-orang lain.[12]
Ayat 5 juga mencantumkan semacam uraian tugas, yang diawali dengan pernyataan bahwa sejak awal TUHAN telah mengenal calon nabi, kemudian menguduskanya atau mengistimewakanya untuk sebuah tugas dan Ia menetapkanya menjadi nabi bagi bangsa-bangsa.[13] Dalam uraian itu dapat kita ketahui bahwa inisiatif pertama-tama datang dari TUHAN bukan dari Yeremia. Maka tugas itu tidak dapat dimengerti lain selain dalam hubunganya dengan rencana TUHAN.

3.3.   Ayat 6-9
“Sesungguhnya aku ini tidak pandai berbicara, sebab aku ini masih muda”, kata-kata itu mengingatkan kita pada usaha Musa untuk melarikan diri dari kesulitan menjalankan tugas seorang nabi (Kel 4 : 10-13).[14] Musa memberikan berbagai alasan kepada TUHAN agar ia tidak jadi diberi tugas untuk menuntun bangsa Israel. Di sini pun Yeremia berusaha untuk mencari alasan agar ia tidak diberi perutusan untuk menjadi utusan TUHAN bagi bangsa terpilih. Ia menyampaikan alasan bahwa ia tidak pandai berbicara karena masih terlalu muda.
Kita tidak tahu persis apa yang dimaksud dengan kata “muda” tersebut. Kita tidak tahu secara persis umur berapa karena kata itu tidak menjelaskan secara rinci apa yang dimaksudkan dengan muda itu. Namun, ada kemungkinan bahwa Yeremia belum berumur 20 tahun saat ia mendapatkan panggilan itu.[15] Di lain pihak, kata muda itu mengingatkan kita pada kisah pangilan Samuel dalam 1 Samuel 3.[16] Samuel dipanggil TUHAN pada saat ia masih muda dan bahkan belum mengenal TUHAN; “Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.” (1 Sam 3 : 7). Usia muda, juga dapat kita hubungkan dengan pendidikan dan pengalaman.[17] Dalam hal ini Yeremia merasa tidak terdidik dalam pewartaan dan kurang berpengalaman sebagai seorang pewarta yang harus menguasai berbagai kebijaksanaan.
Yeremia mencoba berkelit dan ingin menghindar dari tugas itu karena ia sadar bahwa para nabi menjalani hidupnya sendirian. Selain itu para nabi juga kerap kali dicemooh, dianiaya dan dengan beberapa pengecualian dibuang selama hidup mereka.[18] Selain itu, juga karena ia merasa tidak mampu untuk menjalankan panggilan itu. Mungkin ia memikirkan situasi seperti yang dihadapi Samuel yaitu situasi politik yang sangat berat.[19] Namun demikian, Yeremia kemudian tetap menerima tawaran TUHAN itu.
Dalam ayat 7 dikatakan oleh TUHAN kepada Yeremia bahwa; “Janganlah katakan: aku ini masih muda …” yang dilanjutkan dengan perintah yang diberikan TUHAN kepada Yeremia. Dalam menanggapi perintah itu, jawaban TUHAN jelas bahwa bagi panggilan dan tugas perutusan, bukan keterampilan yang menentukan melaikan kesanggupan.[20] Meski di sisi lain akan timbul sebuah pertanyaan, bagaiman tugas itu dapat terlaksanan jika tidak ada kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh nabi? Jawabanya adalah bahwa panggilan kenabian merupakan suatu dorongan ilahi untuk menyampaikan kehendak TUHAN, dorongan dan penyertaan TUHAN itulah yang kemudian memampukan sang nabi. Persis bahwa perintah dalam ayat 7 ini dilanjutkan dengan janji TUHAN kepada Yeremia pada ayat 8; “Jangan takut, Aku menyertai engkau untuk melapaskan engkau.” TUHAN berjanji untuk “bersama” mereka yang diutus guna melaksanakan tugas yang sulit.[21] TUHAN berjanji untuk senantiasa mendampingi Yeremia dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang nabi. Janji itu yang kemudian menjadi kekuatan bagi Yeremia untuk menerima tugas perutusan yang diberikan TUHAN kepadanya. Meski kata “jangan takut” juga menyiratkan suatu persiapan atas segala kesulitan dan penderitaan yang kemudian akan dialami oleh nabi dalam melaksanakan tugasnya.[22]
Kemudian pada ayat 9 dikatakan bahwa TUHAN menaruh perkataam-perkataan TUHAN dalam mulut Yeremia. Dengan hal itu TUHAN juga menyucikan bibir nabi untuk menyampaikan setiap perkataan TUHAN.[23] Tindakan TUHAN meletakan kata-kata pada mulut Yeremia adalah agar Yeremia mampu untuk menyampaikan pesan-pesan-Nya dan meninterpretasikan pesan-pesan itu. Juga untuk membentuk hubungan personal atau kesatuan antara TUHAN dengan nabi utusanya dan pembicara dengan pesanya.[24] Hal ini pula yang akhirnya menjadi kekuatan bagi Yeremia untuk menanggapi tawaran TUHAN.

3.4.   Ayat 10
Ayat 10 melukiskan perutusan itu secara jelas, yang dirumudsksn dalam bentuk rangkaian; yang satu merusak yang lainya membangun; rumusanya adalah mencabut dan merobohkan, membangun dan menanam.[25] Dalam perjalananya tugas itu terus dikumandangkan oleh nabi dalam seluruh pewartaanya (mis. Yer 12:14-17; 18:7-9; 24:6).  Tugas ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah wawasan dasar bagi nabi untuk menunaikan tugasnya sebagai seorang nabi. Ayat ini yang kemudian menjadi sebuah batasan akhir dalam kisah panggilan Yeremia. Pada ayat selanjutnya sudah disampaikan secara lebih spesifik perutusan bagi nabi.

4.      Pangilan Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas
4.1.   Pola Pikir Dalam Panggilan Para Nabi
Melihat ayat-ayat yang telah diuraikan di atas, maka dapat dilihat bahwa gambaran panggilan menampilkan pola pikir yang sama dalam setiap panggilan para nabi, misalnya panggilan Musa dan Gibeon. Pola itu dapat dilihat secara jelas dalam panggilan Gibeon (Hak 6:11-17), dengan unsur sebagai berikut;[26]
a.       Pertemuan ilahi ketika malaikat menampakan diri saat Gibeon menumbuk gandum
b.      Sabda malaikat yang menyatakan pesan ilahi
c.       Penugasan demi keselamatan Israel
d.      Keberatan orang yang dipanggil karena merasa tak berdaya
e.       Malaikat memberikan jaminan bahwa TUHAN akan menyertai
f.       Tanda ilahi yang mendukung penugasan diberikan.
Pola semacam ini hampir terjadi dalam setiap panggilan para nabi atau pemimpin bangsa. Dalam menerima panggilan mereka tidak serta-merta langsung menerima panggilan itu, namun selalu ada suatu pembelaan diri untuk menghindar dari panggilan atau tugas perutusan yang diberikan TUHAN. Namun pada akhirnya toh para nabi juga menerima panggilan itu dengan jaminan penyertaan yang diberikan oleh TUHAN. Apakah mereka bebas memilih?

4.2.   Unsur-Unsur Pokok Dalam Panggilan Yeremia
Dapat dikatakan bahwa panggilan Yeremia nampaknya memiliki suatu kaitan yang sungguh erat dengan kisah panggilan Musa.[27] Unsur-unsur istimewa dalam panggilan Yeremia yaitu bahwa TUHAN telah mengetahui atau mengenal Yeremia sejak ia dalam kandungan ibunya, keberatan Yeremia bahwa ia tidak pandai berbicara dan bahwa ia masih muda yang merupakan unsur dalam panggilan Musa juga.[28] Unsur itu yang menunjukan adanya kedekatan kisah antara kisah panggilan Yeremia dengan kisah panggilan Musa.
Dalam dari itu, dalam panggilan Yeremia inisiatif tidak datang dari Yeremia sendiri melainkan dari TUHAN.[29] Dikatakan dalam awal kisah panggilanya bahwa TUHAN talah mengenal dan memilih dia untuk menjadi orang kepercayaan TUHAN. Dalam artian tertentu, sejak masa kecilnya Yeremia telah dipersiapkan oleh TUHAN untuk menjadi nabi-Nya. Meskipun telah dipersiapkan seperti itu, ketika ia mengetahui bahwa tugas yang akan ia hadapi adalah berat, ia mengajukan protes dan keberatan. Alasan yang ia gunakan adalah bahwa ia merasa masih terlalu muda.[30] Alasan itu sebenarnya juga bertitik tolak dari tradisi di Israel kuno bahwa orang yang dihormati adalah para tua-tua bukan seorang pemuda. Namun demikian TUHAN tidak mengindahkan alasan-alasan Yeremia. TUHAN tidak membebaskan begitu saja Yeremia dari tugasnya karena keberatan yang ia sampaikan, sebaliknya TUHAN tidak memberikan pilihan lain selain untuk menaati perintah-Nya.[31] Dengan konsekuensi bahwa Yeremia harus siap dengan segala kesulitan yang akan ia hadapi dalam tugas perutusanya. Adakah kebebasan Yeremia dalam menanggapi panggilanya?

4.3.   Panggilan Yeremia Sebagai Sebuah Pilihan Bebas
Panggilan adalah sebuah undangan dari TUHAN bagi setiap orang untuk semakin mendakatkan diri kepada-Nya dan agar makin secitra dengan-Nya. Dan panggilan itu pada dasarnya tidak memaksa seseorang untuk menanggapinya secara baik seturut apa yang menjadi pilihan TUHAN, tapi manusia bebas untuk memilihnya. TUHAN tidak pernah memaksakan kehendak-Nya, Ia memberi kebebasan bagi manusia untuk memilih apa yang menurutnya baik.
Demikian pula halnya dengan kisah panggilan Yeremia. Yeremia tetap memiliki kebebasan untuk menanggapi panggilan TUHAN. Meski TUHAN tidak memberikan pilihan lain selain untuk tetap menerima tawaran, tapi tetap ada kebebasan bagi Yeremia. Alasanya adalah bahwa TUHAN tidak memaksa Yeremia. Dengan hal itu berarti masih ada kesempatan baginya untuk tidak menerima tawaran dari TUHAN. Yeremia dengan kebebasanya sebenarnya masih memiliki keluasan untuk melarikan diri.
Pilihan untuk tidak lari dari tawaran TUHAN itu dilakukan bukan karena ada paksaan namun justru karena kebebasan yang dimiliki Yeremia. Karena kebebasanya, ia memilih untuk menerima jaminan penyertaan TUHAN dalam tugas yang ditawarkan TUHAN kepadanya; “Jangan takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau…” (ay. 8). Jaminan itu yang kemudian menjadi pegangan bagi Yeremia untuk menerima tawaran dari TUHAN itu. Dengan hal itu, ia menunjukan kebebasan. Ia bebas untuk menerima tawaran TUHAN dan berdiam dalam naungan dan penyertaan TUHAN.


5.      Penutup
Setiap orang memiliki panggilanya masing-masing dan tiap panggilan memiliki keunikannya masing-masing. Cara TUHAN memanggil pun unik dalam setiap pribadi. Itu pula yang terjadi dalam kisah panggilan para nabi, terutama pada nabi Yeremia yang menjadi topik pembahasan dalam paper ini. Nabi Yeremia, dipanggil sejak dalam kandungan ibu. Dengan kata lain, nabi telah dipersiapkan TUHAN sejak masih dalam kandungan untuk menjadi perpanjangan tangan-Nya. Tugasnya adalah untuk menyampaikan firman TUHAN kepada umat pilihanya.
Nabi sadar akan tugas berat yang ia terima dari TUHAN, maka ia sempat berkelit menyampaikan suatu keberatan untuk menghindar dari tugas itu. Namun, pada akhirnya nabi tetap menerima tugas itu. Penerimaan itu bukan karena adanya intervensi dari pihak luar, namun pilihan itu ia ambil karena kebebasanya. Ia yakin akan jaminan penyertaan yang dijanjikan TUHAN. Dengan keyakinan itu pula ia menerima dan melaksanakan panggilan dan tugas perutusanya.

DAFTAR PUSTAKA

Alkitab (LAI)
Bergant, Dianne & Karris, Robert J..,
2002    Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius: Yogyakarta.
Boadt,  Lawrence.,
1982    Jeremiah 1-25, Michael Glazier: Wilmington.
Darmawijaya,
1990    Warta Nabi Sebelum Pembuangan, Kanisiua: Yogyakarta.
Paterso n, Robert M.,
1983          Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), BPK Gunung Mulia: Jakarta.


[1] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, Kanisiua: Yogyakarta, 1990, 79.
[2] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103. 
[3] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 79.
[4] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), BPK Gunung Mulia: Jakarta, 1983, 20.
[5] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1),20.
[6] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 79.
[7] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[8] Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, Michael Glazier: Wilmington, 1982, 8.
[9] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[10] Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, Kanisius: Yogyakarta, 202, 556.
[11] Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[12] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 47.
[13] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103.
[14] Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[15] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 103.
[16] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 8.
[17] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[18] Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[19] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[20] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 104.
[21] Bdk. Dianne Bergant & Robert J. Karris, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama, 556.
[22] Bdk. Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 105.
[23] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 9.
[24] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 10.
[25] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 105.
[26] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 106.
[27] Darmawijaya, Warta Nabi Sebelum Pembuangan, 107.
[28] Bdk. Lawrence Boadt, Jeremiah 1-25, 12.
[29] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.
[30] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.
[31] Bdk. Robert M. Paterson, Kitab Yeremia Fasal 1-24 (Jilid 1), 48.